ORANG munafik ada tiga cirinya
menurut Rasulullah, sebagaimana yang bisa kita baca dalam hadisnya berikut ini:
“Ciri orang munafik ada
tiga: apabila berkata dia berbohong, apabila berjanji dia mungkir, apabila
dipercayai dia berkhianat.”
Orang munafik itu susah hidupnya,
karena sudah dicap oleh masyarakat dengan stempel jelek. Satu kali saja kita berperilaku jelek, itu akan
membekas di hati dan memori orang lain. Dan, kalau orang sudah tidak percaya,
biasanya selanjutnya orang akan berpikir lebih lanjut untuk bekerjasama dengan
kita.
Agar tidak masuk dalam kategori
munafik, kita perlu jauhi ketiga hal di atas. Penjelasannya sebagai berikut.
Jangan Suka Bohong!
Orang seperti ini hatinya
selalu dilanda gelisah. Orang yang bohong biasanya akan terkena sial. Dia ditimpa kesialan karena kebohongannya.
Mari kita lihat kisah sederhana di bawah ini:
”Ada seorang anak muda penggembala kambing. Setiap hari
ia memberi makan gembalaannya dengan rumput yang segar. Suatu waktu, dia ingin
menipu penduduk desanya. Maka berteriaklah ia, ”Serigala! Serigala!”
Mendengar teriakan tersebut,
para pemuda desa pun keluar dengan senjata mereka, akan tetapi mereka tidak
mendapatkan sesuatu apa pun di lokasi teriakan itu. Mereka pun pulang ke
rumahnya masing-masing dengan kecewa. Tak jauh dari situ, sang penggembala pun
menertawakan mereka.
Di hari berikutnya, datanglah serigala yang sebenarnya. Penggembala itu pun ketakutan. Ia
berteriak, ”Serigala! Serigala!” Mendengar teriakan itu, penduduk desanya
mengira pasti penggembala itu akan menipu mereka lagi sebagaimana yang
dilakukannya kemarin. Penduduk pun tak menghiraukannya. Akhirnya, sang serigala
pun dengan buasnya menerkam sebagian besar kambing sang penggembala. Melihat
fenomena tersebut, murung dan sedihlah hati penggembala muda itu sebagai akibat
dari ulahnya sendiri.
Kalau Berjanji, Tepati!
Janji itu utang dan utang
harus dibayar. Orang yang menepati janjinya kepada Allah, maka Allah juga akan
menepati janji-Nya. Allah Swt berfirman:
"Dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya aku penuhi janji-Ku kepadamu". (QS. Al-Baqarah: 40)
Sejak di alam rahim kita semua
telah berjanji bahwa Allah adalah Tuhan kita:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”(QS. Al-A’raf: 172)
Derivasi dari hal itu adalah: kita
harus mengabdi kepada-Nya dengan beribadah sebenar-benarnya. “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.
Adz-Dzariyat: 56)
Jika buat janji dengan teman,
jangan sampai kita lalai. Karena kelalain itu akan membuat teman kita
berpikir-pikir jika suatu saat berjanji dengan kita. Bisa-bisa kita akan
mendapatkan ’mosi tidak percaya’ dari teman kita sendiri. Sebagai manusia, kita
pasti tidak suka jika janji kita dikhianati. Itulah fitrah kita semua. Olehnya
itu, maka janganlah begitu mudah sekali buat janji, tapi ujung-ujungnya tidak
juga ditepati. “...dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji...” (QS. Al-Baqarah: 177)
Jangan Khianati Kepercayaan
Jika ada orang yang percaya kepada
Anda, itu tandanya Anda dianggap baik di matanya. Olehnya itu, jangan sampai gara-gara Anda
berkhianat orang akan menjauh dan tidak percaya lagi padamu.
Coba lihat bagaimana akhlak
nabi kita ketika hendak hijrah bersama Abu Bakar ra. Ia meminta kepada Ali bin
Abi Thalib ra. sepupunya yang pemberani itu agar mengembalikan barang-barang
orang lain yang dititip kepadanya. Sebenarnya, bisa saja rasul langsung pergi
hijrah dengan alasan keselamatan saya terancam dan barang orang lain akan
dikembalikan sekembalinya ke Mekkah. Akan tetapi, Rasulullah
mempertimbangkan lebih jauh. Ia menjaga kepercayaan orang lain, karena itu
adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di mahkamah manusia dan akhirat.
Allah swt berfirman:
“Tidak mungkin
seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang
berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan
datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan
diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal,
sedang mereka tidak dianiaya.” (QS. Ali Imran: 161)
Coba bayangkan sebuah situasi dimana
Anda hidup sendiri di muka bumi ini. Teman-teman tidak ada, orang-orang serba
curiga dan pada menjauh. Saat ada pertemuan, tiba-tiba teman-teman Anda pun
menjauh dari orbit diri Anda. Bagaimana rasanya? Pasti tidak enak, bahkan sakit
rasanya. Bisa jadi orang-orang menjauh karena kita berperilaku dengan tiga hal
di atas. Maka, menjauhkan diri dari tiga sifat jelek di atas itu harus kita
lakukan. Setelah berusaha untuk tidak berperilaku jelek, maka kita lanjutkan
dengan memperluas dan mempererat silaturahim. Jika kebiasaan ini kita lakukan, maka yakin dan
percaya teman kita akan bertambah! Relasi kerja kita akan semakin berkembang,
dan tentunya akan memudahkan kita dalam urusan yang hendak kita selesaikan.
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan:
”Saya adalah Arrahim. Saya
menciptakan hubungan silaturrahim. Siapa yang melakukan hubungan silaturrahim
maka saya menyambung hubungan dengannya dan siapa yang memutuskannya maka saya
akan memutuskan hubungan dengannya.” []
No comments:
Post a Comment