PELABUHAN Tanjung
Priok. Adik saya datang ke Jakarta. Namanya Imam, nama aslinya Dhiaur Rahman
yang artinya Cahaya Sang Pengasih.
Imam berangkat naik kapal Lambelu dari Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar, selama dua hari ia berlayar
di lautan, untuk sekedar uji
nyali jalan sendirian ke Pulau Jawa.
Imam ini agak unik, dia jarang
belajar, tapi kalau ujian dia selalu dijadikan tempat menyontek bagi
kawan-kawannya. Dia biasa juara satu di kelasnya secara sistematis dari SD
hingga SMP. Kerjaannya main aja, tapi daya tangkapnya bagus. Waktu dia masuk
SMA, oleh kawan-kawannya ia juga dipercaya sebagai ketua OSIS di sekolahnya.
Jam 10 kabarnya, kapal
penumpang itu akan datang, maka bergegaslah saya dan beberapa kawan ke sana.
Kita pakai mobil Blazer, mobil kantornya Sarana Istiqamah Sejahtera. Pada jam
yang telah ditentukan ternyata kapal belum juga merapat. Sampai jam 4 subuh,
baru kapal merapat ketika kami sedang santap ayam goreng masakan Padang di
komplek pelabuhan.
Keterlambatan selalu mungkin.
Apakah ketika kita naik pesawat, kapal laut atau mobil. Kita boleh saja
merencanakan tapi kondisi alam bisa saja merontokkan perencanaan kita.
Keterlambatan kapal kali ini kami maklumi saja karena itu sudah biasalah.
Bulan-Bulan Pertama 2000.
Kerusuhan baru saja melanda hebat di Halmahera Utara. Seorang tokoh bangsa berkomentar, “Ah, korban di sana cuma enam orang.” Saya dengar komentar itu via RRI waktu mengungsi
di Kompi Banau C732 Tobelo. Karena saya sudah selamat mengungsi sampe Ternate,
maka secara moril saya punya kewajiban untuk membantu saudara-saudara yang
masih menderita di sana.
Maka pergilah saya ke Jakarta
cari bantuan. Dan alhamdulillah dapat beberapa karung besar pakaian. Dalam
perjalanan dari rumah ke pelabuhan, saya benar-benar terlambat, dan saya pikir
hanguslah sudah tiket ini. Tapi, Allah punya kehendak lain. Sampai di pelabuhan
ternyata kapal tersebut belum tiba juga, padahal seharusnya kapal itu sudah
berangkat menurut jadwal. Saya bersyukur, karena kapal
itu terlambat, dengan begitu tiket saya nggak hangus.
Hadapi Dengan Tenang. Kata Ahmad Dhani dalam lagunya, "Hadapi dengan senyuman.." Itu
benar, bahwa
apapun yang kita alami—nestapa atau bahagia—harus dihadapi dengan senyum.
Selain senyum, kita juga perlu tenang. Jangan mengaamuk setengah mati kalau apa yang kita inginkan nggak terlaksana.
Semua permasalahan ini pasti
akan selesai. Masalah yang datang di pagi hari akan selesai juga pada saatnya.
Senja tetap akan datang. Malam akan menutupi siang, dan pagi juga akan
menjelang. Sementara, di esok harinya pasti akan muncul masalah baru yang akan
menimpa kita. Bayangkan kalau ada masalah yang kita tumpuk-tumpuk, kita pendam
dalam hati, itu akan memenuhi akal dan jiwa, dan efeknya akan nggak baik bagi
perkembangan kepribadian kita.
Terlambat Bukan Kekalahan.
Saya agak terkesima waktu pertama kalinya nonton film Final Destination. Filmnya bener-bener menggugah kesadaran kita, pada porsi tertentu membuat kita merenung dan
berdoa semoga apa yang terjadi di film itu—yang agak tragis itu—tidak melanda
kita. Dalam salah satu
adegannya kita melihat bahwa ada seorang anak muda yang dia punya perasaan
bahwa akan terjadi kecelakaan dalam perjalanan ini. Dia bilang ke
teman-temannya untuk nggak usah naik, tapi tetep juga mereka naik. Akhirnya,
dalam perjalanan, pesawat itu pun terbakar dan tamatlah riwayat penumpangnya.
Itu mungkin yang dinamakan
intuisi, perasaan terdalam. Ayah saya pernah bermimpi bahwa di sebuah tempat di
kuburan beliau melihat seorang mayat dan uang yang baaanyak sekali. Tapi ayah
saya nggak sedikit pun menyentuh uang itu. Tiba-tiba si mayit membuka mulutnya
dan berpesan kepada ayah saya agar rajin-rajin membaca La Ilaha Illallah, atau berzikir. Kejadian itu terjadi di masa saya
masih SD, tahun 86 atau 87-an.
Ada perasaan terdalam kita
yang bisa olah dan biasanya itu benar. Beberapa waktu lalu, saya telepon ibu saya, kata Ibu saya di sekitar rumah ini sudah mulai datang kupu-kupu.
Biasanya kalau ada kupu-kupu yang datang ada pertanda bahwa akan ada tamu yang
datang. Saya belum menemukan ayat dalam Al-Qur'annya yang persis atau hadits
nabi tentang kupu-kupu itu, tapi faktanya memang ada. Jadi, kupu-kupu yang
datang ke rumah kita itu biasa pertanda akan datang tamu. Tapi, kepercayaan ini
jangan sampai juga membuat kita syirik, mungkin ini bisa disebut sebagai
pertanda dari alam saja, seperti kalau banyak binatang dalam bumi yang keluar
dari sarangnya boleh kita sebut sebagai pertanda akan datangnya gempa atau
tsunami.
Pakai feeling, Sabar. Ada feeling, juga ada kesabaran atas segala yang kita
hadapi. Jangan gegabah dalam bertindak, tapi jangan juga lalai dalam bertindak.
Dalam menghadapi segala fenomena hidup ini,
setidak-tidaknya kita perlu sabar, jangan gegabah, pakai mata hati, intuisi,
dan belajar dari yang sudah-sudah karena sebuah fenomena biasanya akan terulang
di masa yang lain dengan bentuk yang kurang lebih sama.
Jadi, kalau terlambat dalam
perjalanan, jangan mengumpat, sebaliknya tetap bersyukur saja. Ada seseorang yang awalnya mengumpat banget waktu dia diputuskan
nggak jadi terbang, dia marah hebat. Tapi, beberapa waktu kemudian pas dia
dapat info bahwa pesawat yang sedianya dia tumpangi itu ada kecelakaan, dia
langsung berubah. Langsung berubah beratus-ratus derajat. Jadi, tetap harus
sabar dan positif thinking, kan? []
No comments:
Post a Comment