ALLAH menyuruh kita membaca. Allah swt berfirman:
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS.
Al-‘Alaq: 1-5)
Membaca adalah kunci
dari terbukanya peradaban umat manusia.
Sering kita dengar bahwa kemajuan
bangsa Jepang pasca perang dunia kedua melawan Amerika Serikat adalah karena
memperhatikan pendidikan. Mereka mengirimkan putera-puteri terbaiknya ke luar
negeri untuk belajar dan kelak ketika generasi harapan itu telah ‘berisi‘ maka
di tangan merekalah masa depan bangsa dititipkan!
Satu budaya positif mereka adalah
rajin membaca buku. Saat di bus, kereta api, dan rumah, mereka membaca. Mereka
tidak sia-siakan waktu dengan percuma. Hasilnya kemudian, mereka menjadi bangsa
yang menguasai informasi dan teknologi. Mereka menjadi bangsa yang hebat. Dengan membaca kita akan
menjadi orang yang pintar, taat dan patuh kepada perintah Allah yang kuasa.
Para muslim cendikiawan, ulama yang ilmunya seluas samudera adalah orang yang
takut jika melanggar aturan Allah.
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. “ (QS. Faathir: 28)
Mari kita budayakan membawa buku,
karena dengan begitu kita akan terpacu untuk rajin membaca! Mari biasakan untuk
tidak malu dan gengsi karena itu hanya akan menghambat kemajuan pendidikan di
negeri kita. Ke kantor, sekolah, rumah teman, mal, pasar, masjid, gemasrilah membawa
buku. Jangan pedulikan apa
kata orang! Karena toh, kebiasaan ini akan kembali pada diri kita
masing-masing.
Orang yang rajin membaca akan
luas khasanah intelektualnya sedangkan orang yang malas hanya akan menjadi
orang yang biasa-biasa saja seumur hidupnya. Wawasan yang luas dan terbiasa
hidup disiplin adalah dua hal yang akan kita raih dengan rajin-rajin membaca
buku.
Abu Ubaidah berkata bahwa Al-Muhallab
pernah berkata kepada anak-anaknya dalam wasiatnya, “Wahai anak-anakku,
janganlah kalian tinggal di pasar, kecuali dekat dengan pembuat baju besi dan
pembuat kertas.” Masih terkait dengan ini, Ibnu al-Jahm berkata:
“Jika
kantuk datang menyerang sebelum waktu tidur, maka saya akan mengambil salah
satu buku dari buku-buku hikmah. Dengan buku itu saya merasakan adanya gelora
untuk mendapatkan nilai-nilai dan adanya kecintaan terhadap perbuatan-perbuatan
baik yang menyeruak ketika saya mendapatkan sesuatu yang menarik, dan yang
meliputi hati dengan kebahagiaan. Ketika perasaan hati dalam kondisi sangat senang,
membaca dan belajar akan lebih punya kekuatan untuk membangunkan daripada suara
keledai dan bunyi reruntuhan yang mengejutkan.“
Ibn al-Jahm melanjutkan lagi:
“Saya
sangat senang dan cinta kepada buku. Dan, bila saya berharap untuk mendapatkan
manfaat darinya, maka Anda akan melihat saya jam demi jam memeriksa berapa
halaman lagi yang tersisa, karena takutnya mendekati halaman terakhir. Dan,
bila buku itu berjilid-jilid dengan jumlah halaman yang banyak, maka
sempurnalah hidup ini dan lengkaplah kegembiraan ini.”
Pasti, kita pernah mendapatkan
hikmah yang agung dari tiap buku yang pernah kita baca. Itu baru kitab buatan
manusia yang serba kekurangan. Apatah lagi jika kita rajin-rajin membaca
al-Qur’an, pasti hikmah kehidupan akan selalu mengalir bersama aliran darah
kita dan membawa kita pada kehidupan yang berberkah dan sejati.
“Ini
adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di
dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada
orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf:
1)
Marilah budayakan membawa buku kemana kaki kita
melangkah dan reguklah cita rasa hikmah, segar, agung dan mencerahkan darinya.
Teman terbaik, dimanapun dan kapanpun adalah buku. Persis seperti kata peribahasa Arab, “Sebaik-baik teman duduk adalah
buku.” []
No comments:
Post a Comment