“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)
ORANG yang sabar akan untung. Dia akan merasakan
keuntungan untuk dirinya sendiri dan juga orang lain. Secara internal, dia akan
merasakan ketenangan dalam jiwanya, sedangkan secara eksternal, orang lain akan
banyak yang mendekat karena simpati dengan kesabarannya.
Rasulullah Saw pernah
mengalami getirnya hidup sebagai anak yatim, tapi beliau tetap sabar. Beliau
pernah hidup dalam keadaan fakir, sampai-sampai tidak mampu mendapatkan kurma
yang jelek sekalipun. Dan,
untuk menahan rasa lapar beliau mengikatkan batu pada perutnya. Bahkan beliau
pernah meminjam gandum dari seorang Yahudi dengan menjaminkan baju perangnya.
Tidurnya pun hanya di atas tikar sehingga meninggalkan bekas di badannya.
Pernah selama tiga hari tiga malam berturut-turut beliau tidak makan karena
tidak punya apa-apa. Akan tetapi, hal itu dilaluinya dengan sabar, dan akhirnya
sejarah pun mencatat bahwa beliau adalah orang yang paling beruntung dan sukses
di muka bumi ini!
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan
Muslim ada cerita hikmah dari Anas bin Malik. Anas bercerita
bahwa anak laki-laki Abu
Thalhah dari Ummu Salamah meninggal dunia. Maka istrinya berkata kepada
keluarganya, “Jangan kalian beritakan kepada Abu Thalhah tentang
kematiannya, sampai aku sendiri yang mengabarkannya!”
Anas bin Malik berkata, ”Abu
Thalhah datang dan dihidangkan kepadanya makan malam, maka ia pun makan dan minum.” Anas berkata, Sang istri kemudian berdandan indah bahkan
lebih indah dari waktu-waktu yang sebelumnya.
Setelah dia merasa bahwa Abu
Thalhah telah kenyang dan puas dengan pelayanannya, sang istri bertanya:
“Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu
tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka
mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?”
Ia berkata, “Tidak (berhak)!”
“Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada
Allah tentang puteramu (yang telah diambilnya kembali)!” kata sang istri.
Suaminya menyergah, “Engkau biarkan aku, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau
beritakan tentang (kematian) anakku?”
Setelah itu, ia berangkat
mendatangi Rasulullah Saw lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka
Rasulullah Saw bersabda, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua tadi
malam.”
Anas berkata, lalu isterinya mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian Abu Thalhah
berkata kepadaku, “Bawalah dia kepada Nabi Saw.” Lalu aku bawakan untuknya beberapa buah kurma. Nabi Saw lalu mengambil anak
itu seraya berkata, “Apakah dia membawa sesuatu?”
Mereka berkata, “Ya, beberapa buah kurma.”
Nabi Saw kemudian mengambilnya
dan mengunyahnya, lalu diambilnya dari mulutnya, kemudian diletakkannya di
mulut bayi itu dan beliau menggosok-gosokkannya pada langit-langit mulut bayi
itu, dan beliau menamainya Abdullah.
Dalam riwayat Al-Bukhari,
Sufyan bin Uyainah berkata, seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata:
“Aku melihat mereka memiliki sembilan anak.
Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan
dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu
Umair yang Nabi Saw mencandainya seraya berkata, hai Abu Umair, apa yang
sedang dilakukan anak burung pipit?
Dari
kisah ini terlihatlah bahwa siapa sabar, dia beruntung. Walau besar, sabar
perlu dijalani. Kita tidak perlu menggerutu, apalagi menyalahkan orang lain
atas sesuatu yang terjadi. Cukup bersabar saja, maka kebaikan lainnya juga akan
datang. Bersabarlah, dan keajaiban akan datang. []
No comments:
Post a Comment