“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
KITA semua pasti sadar bahwa kita bisa bicara, jalan,
tertawa itu karena belajar. Kita bisa beraktifitas dan menjadi seperti sekarang
ini karena kita belajar. Belajar membuat kita pintar, mahir, alias tidak jadi
orang jahil sesat dan dibodoh-bodohi orang lain yang berhati culas!
Menuntut ilmu itu penting. Tanpa ilmu, manusia tak
lebih sama dengan binatang. Maukah kamu disamakan dengan binatang? Tentu tidak. Olehnya itu dalam konteks apapun,
selalulah menuntut ilmu karena mereka yang menuntut
ilmu sejatinya berada di jalan yang diridhai Allah. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang
keluar menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.”
Pentingnya menuntut ilmu juga terekam dalam
ungkapan ini, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.”
Ilmu akan membuat kita selamat. Ilmu
itu juga yang akan membuat seseorang dihormati atau tidak di masyarakat. Sebuah
pepatah mengatakan, “Orang berilmu itu besar walaupun masih muda, sedangkan
orang bodoh itu kecil walaupun umurnya sudah tua.” Hmm,
betul.
Cobalah lihat di masyarakat. Pasti insan berilmulah
yang sangat dihormati. Jika kita baca lembaran demi lembaran buku, dapatlah
kita mengambil kesimpulan bahwa mereka yang dikenang dalam sejarah adalah orang
yang berilmu. Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Leonardo
Davinci, Johann Gutenberg, adalah beberapa nama orang besar yang termasuk dalam 100 orang berpengaruh di dunia.
Dalam buku yang oleh Roger Bonham
dalam Columbus Dispatch dianggap sebagai buku yang merangsang pikiran
dan sangat mengasyikkan ini, juga mengangkat nama Tsai Lun (sekitar 105 M) pada
urutan ketujuh. Ia menempati
urutan tersebut semata-mata karena dia telah menemukan kertas. Tsai Lun adalah
seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang mempersembahkan contoh
kertas kepada kaisar Ho Ti di Cina. Akhirnya, kaisar pun menaikkan pangkatnya
dengan gelar bangsawan dan mulai tersohor namanya di seluruh daratan Cina.
Lama setelah wafatnya Tsai Lun,
muncullah Johann Gutenberg (1400-1468) yang oleh Hart dimasukkan dalam urutan
kedelapan. Gutenberg bisa begitu dihormati itu karena dia berhasil menemukan
mesin cetak. Itu karena dia tidak lalai dalam menggunakan akalnya, dalam
menuntut ilmu dan berkreasi.
* * *
Coba kita lihat kucing. Dari dulu begitu terus gayanya. Dari dulu
perilakunya juga tidak berubah. Selalu kalau mau cari ikan di dapur, berlagak
pura-pura malu. Kita menyebutnya “malu-malu kucing”. Padahal, hatinya itu mau. Dari dulu sampai
sekarang, pemikirannya tidak berubah. Mereka tidak pernah buat inovasi dengan
telepon selluler, foto-foto, membuat rumah, atau terbang! Mereka tetap saja
sama. Tapi manusia itu berbeda. Dulu berbulan-bulan baru
tiba di tempat tujuan. Tapi dengan akalnya, manusia berhasil menemukan pesawat,
kapal laut yang mempercepat tiba di tempat tujuan. Dulu kirim telegram atau kawat harus berminggu-minggu,
saat ini tinggal tekan HP saja, pesan kita telah terkirim. Canggih dan berbeda.
Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.” (QS. At-Tin: 4-6)
“Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)
[]
No comments:
Post a Comment