”Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At-Thalaq: 7)
PEPATAH ini mungkin sudah sering kita dengar,
“Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian.”
Kenikmatan itu paling enak diraih
setelah kepayahan, setelah kita bekerja keras membanting tulang, menjadikan
malam sebagai siang. Setelah dilantik menjadi nabi terakhir, nabi kita yang
mulia Muhammad Saw pun menyampaikan satu pernyataan luar biasa kepada istri
beliau Khadijah, “Madhaa ‘Ahdunnaum ya, Khadijah” (Telah berlalu waktu tidur
wahai, Khadijah).
Menurut Ustad Mudzakkir Arif, maksud kalimat ini adalah:
“Mulai sekarang,
saya tidak boleh banyak tidur. Beliau sangat menghargai amanah kenabian dan
kepemimpinan yang beliau emban. Penghayatan dan kesungguhan pelaksanaan amanah
tersebut membuat beliau harus mengurangi waktu tidurnya.”
Seorang pelajar tiap hari belajar,
menahan kantuk, lapar saat puasa, bahkan ‘berperang’ dengan kemalasannya.
Akhirnya ia pun meraih nilai yang menggembirakan. Seorang bijak berkata, “Hidup
tak selalunya indah tapi yang indah itu tetaplah hidup dalam kenangan.”
Para pendahulu kita, the founding fathers, mereka telah berjuang
sekuat tenaga membabat hutan kecongkakan yang tegak dalam sendiri para
penjajah. Jasad mereka memang telah hancur di makan cacing tanah akan tetapi
generasi sesudah mereka dapat dapat merasakan nikmatnya kemerdekaan. Kita merdeka karena pahlawan kita telah
berjuang bahkan berkorban untuk kita semua.
Ibnu Asakir dari Az-Zuhri pernah bercerita. Pada suatu hari Rasulullah Saw mengutus Sa'ad bin
Abi Waqqash ra. untuk mengetuai suatu pasukan ke suatu tempat di negeri Hijaz
yang dikenal dengan nama Rabigh. Mereka telah diserang dari belakang oleh kaum
musyrikin, maka Sa'ad bin Abi Waqqash ra. mengeluarkan panah-panahnya serta
memanah mereka dengan panah-panah itu. Dengan itu, maka Sa'ad bin Abi Waqqash
ra. menjadi orang pertama yang memanah di dalam Islam, dan peristiwa itu pula
menjadi perang yang pertama terjadi di dalam Islam.
Ibnu Asakir dari Ibnu Syihab,
dia berkata:
Pada hari
pertempuran di Uhud, Sa'ad bin Abi Waqqash ra. telah membunuh tiga orang
musyrikin dengan sebatang anak panah. Dipanahnya seorang, lalu diambilnya lagi
panah itu, kemudian dipanahnya orang yang kedua dan seterusnya orang yang
ketiga dengan panah yang sama. Ramai para sahabat merasa heran perihal
keberanian Sa'ad itu. Maka Sa'ad berkata, Nabi Saw yang telah memberikan aku
keberanian itu, sehingga aku menjadi begitu berani sekali.”
Al-Bazzar dari Abdullah bin
Mas'ud ra. dia berkata, ”Pada hari pertempuran di Badar, Sa'ad bin
Abi Waqqash ra. telah menyerang musuh dengan berkuda dan dengan berjalan kaki.”
Sa’ad bin Abu Waqqash adalah satu dari 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga. Ia meraih
surga, itu karena ia berani. Ia meraih surga yang kekal itu karena dia berjuang
untuk mendapatkan kenikmatan terbesar yang telah dijanjikan Rabb-nya.
Tepatlah firman Allah:
”Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Setelah sulit, selalu ada yang namanya mudah.
Setelah berjuang, selalu ada kenikmatan di belakang hari. []
No comments:
Post a Comment