TIAP kita pasti punya
gagasan. Terkadang, gagasan itu dengan sekelebat muncul dari benak ketika kita
menghadapi sebuah masalah yang begitu pelik. ”Gagasan,” kata Bondan Winarno,
”bukanlah komoditi murah. Gagasan yang inovatif adalah sesuatu yang mahal
harganya.”
Dalam bukunya Seratus Kiat,
Bondan mencontohkan orang yang berhasil mengamankan gagasannya. Tirto Utomo,
nama pengusaha itu. Ia menemukan gagasan mendirikan pabrik air minum mineral
dalam botol Aqua karena orang-orang asing yang dulu sering dibawanya
banyak yang jatuh sakit perut gara-gara minum air yang kurang bersih.
Ceritanya tentu akan lain,
kata mantan penulis rubrik kiat di Majalah Tempo itu. Sekiranya Tirto
telah menceritakan gagasannya kepada orang lain mungkin saja idenya itu akan
langsung direspons oleh orang lain, kemudian mereka lebih duluan membuat produk
tersebut ketimbang dia sebagai sang pemilik ide.
Senada dengan itu, ada seorang
kawan dekat Buya Hamka. Karena sang kawan dilanda keraguan dan kecemasan untuk
meneruskan sebuah naskah buku, Hamka pun mengambil judul buku itu yang secara
redaksional berasal dari kawan dekatnya.
”Titel buku
saya di Di Bawah Lindungan Ka’bah, adalah titel dari buku yang sedianya
dikarang oleh seorang kawan dengan jalan cerita yang lain. Tetapi dia ragu-ragu
hendak meneruskan mengarang bukunya. Setelah buku saya keluar dia menyesali
keraguannya,” begitu tulis Hamka dalam bukunya Kenang-Kenangan Hidup empat
jilid itu.
Jadi, ide atau gagasan yang
baik haruslah diteruskan dengan usaha maksimal dan keberanian untuk
merealisasikan gagasan tersebut. Karena kalau tidak, maka tidak mutahil gagasan
kita akan ’dipetik’ oleh orang lain yang lebih berani dan mereka pun sukses
setelah ’mencuri’ gagasan brilian kita.
Bagaimana cara
mengamankan gagasan brilian kita? Kata Bondan begini:
”Kalau tiba-tiba Anda mempunyai gagasan yang baik, cacatlah segera
dalam buku harian Anda agar Anda tidak melupakannya. Pikirkan lagi gagasan itu
baik-baik sebelum disampaikan kepada orang lain. Cobalah menuangkannya dalam
struktur dan sistematika yang baik. Cara yang terbaik adalah melakukan hal itu
di atas kertas, sehingga Anda lebih mudah melihat lubang-lubang yang lupa
diperhitungkan.”
Banyak dari penulis yang
mengamankan gagasannya lewat menulis di buku harian. Setidaknya, tiap kita
harus punya buku harian. Di situ kita menuliskan gambaran masa depan,
cita-cita, ide-ide perubahan yang tak menutup kemungkinan suatu saat akan
sangat bermanfaat dalam kesuksesan kita di bidang tulis menulis.
Bagaimana, apakah kita sudah menulis ide-ide brilian kita dalam buku harian? Lantas,
kalau sudah, apa content yang paling
banyak mendominasi dalam buku harian kita? Tentunya, lebih baik kita selektif
dalam menulis, sebisa mungkin menulis ide-ide yang menarik dengan menggali
kapasitas otak kita yang subhanallah begitu
besar kapasitasnya. Baiklah, seperti juga kita mengamankan uang kita di bank,
mari kita amankan gagasan-gagasan brilian kita dalam buku harian. Mulai dari
sini saja dulu. Nanti kalau sudah lancar, maka ide-ide akan mengalir begitu
saja dan deras. []
No comments:
Post a Comment