SALAH satu amal
jariyah yang tak terputus-putus amalnya, walau kita sudah tiada, adalah Ilmu
yang bermanfaat. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat adalah salah satu sarana
untuk mendapatkan jariyah itu.
Suatu ketika, kami menjenguk
dosen kami, Prof. Dr. Badri Yatim, MA di Rumah Sakit Harapan Kita, Sabtu 20
Desember 2008. Pada waktu jenguk itu, istri dari penulis buku teks Sejarah Peradaban Islam itu mengatakan
seperti ini—dan rasanya ini bisa menjadi teladan, "Sebenarnya beberapa
hari lalu bapak sudah agak sehat dan mau kembali mengajar, tapi dokter masih
belum izinkan karena kondisi yang belum pulih."
Mendengar itu, saya merasa bahwa semangat Prof Badri
untuk mengajar memang tinggi. Beliau merasa berutang kalau tidak mengajar,
begitu kata istrinya yang kami temui. Mengajar itu, sepertinya, dan memang
adalah amanah. Mereka yang sudah merasakan bahwa ini adalah amanah pasti
berusaha keras untuk bisa mengajar. Bahkan, seperti yang bisa kita pelajari
dari Prof Badri, saat beliau sakit juga masih ingin berbicara, memberi ilmu,
walau oleh dokter dianjurkan untuk banyak beristirahat.
Ibu Muslimah, seperti yang
bisa kita baca dari bukunya Andrea Hirata, Laskar Pelangi, juga orang yang
amanah. Kalau untuk mendapatkan uang saja, bisa saja
ibu tersebut tidak mengajar lagi di SD Muhammadiyah yang sudah hampir roboh
itu. Tapi karena semangat, tanggungjawab yang tinggi, itu yang membuat Ibu
Muslimah, juga sang Kepala Sekolah, Pak Harpan begitu bersemangat mengajar
anak-anak miskin dari Pulau Belitong itu. Akhirnya, di antara murid mereka ada
yang sampai belajar ke Paris! Luar biasa!
Mengajar itu amanah, maka apabila kita diberikan amanah
untuk itu, maka selayaknyalah kita menanggung amanah itu dengan baik. Dalam bidang apapun, ketika kita diminta
untuk mentransferkan ilmu kita, maka dengan segera kita harus menyambutnya.
Jangan tunda-tunda untuk kebaikan. Kata penyanyi Bimbo, "...Berbuat baik janganlah ditunda-tunda..."
Kalau dipikir-pikir lebih
dalam lagi ya, tampaknya kita semua adalah guru yang harus mengajar. Tiap kita
pasti punya ilmu yang bisa kita transfer ke orang lain. Tak peduli kita tamat
SD ataukah tamat program doktoral atau post doctoral. Tiap kita harus mengajar,
agar pahala kebaikan itu senantiasa mengalir kepada kita, walau nyawa kita
telah tiada...
Mengajar itu amanah, maka
ketika kita diminta oleh sebuah intitusi, ataukah oleh individu tertentu yang
haus ilmu, maka kita perlu menyambutnya. Dengan begitu, kita akan menjadi
seorang guru yang punya manfaat luar biasa bagi orang lain. Bukankah Rasul kita
yang mulia sejak lama memberikan petunjuk agar kita menjadi manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia lainnya? Maka, tentu kita harus bermanfaat bagi
orang lain. Apapun profesi kita, kita perlu menjadi manusia paling bermanfaat, termasuk menjadi guru dalam
arti seluas-luasnya... []
No comments:
Post a Comment