KALAU rezeki sudah
dipatok buat kita, ya nggak akan kemana-mana. Tapi, syaratnya kita harus
keluarkan dulu apa yang kita punya, agar rezeki itu datang.
Saya pernah dilanda
"kekeringan" yang lumayan, tapi kemudian saya ingat bahwa Allah
menyuruh kita untuk berinfak dalam kondisi kita lapang atau sempit. Artinya,
kalau kita lagi ada uang satu juta misalkan, kita harus berinfak dengan nominal
yang kalau bisa jangan hanya seribu. Dan kalaupun kita hanya punya uang lima
ribu rupiah, coba deh infakkan seribu rupiah, atau lebih dari itu, insya Allah
rezeki kita akan datang dalam waktu yang nggak lama.
Saya merasakan benar ketika
rajin mengeluarkan infak, rezeki itu benar-benar datang dengan cepat. Saat
dilanda masalah, coba deh menyumbang. Kalau antum suka makan di warteg,
biasanya kan di situ ada kotak amal, nah coba keluarin deh uang antum ke situ.
Walau sedikit, itu bermanfaat. Kalau kita naik busway di central senen,
matraman atau di dukuh atas, biasanya ada perempuan berjilbab dua orang yang
menyerahkan sebuah amplop kepada kita. Ambil aja amplop itu. Masukkan aja uang
yang antum punya, banyak lebih baik.
Kalau ada orang datang ke
rumah antum, ketok-ketok, minta sumbangan dikasih aja, nggak usah pikir
macem-macem. Kita nggak tau apakah mereka benar tim pencari dana untuk masjid
atau untuk mereka sendiri. Kita nggak tau itu. Kewajiban kita adalah
menyumbang. Apa sih susahnya menyumbang uang 5 ribu? Sedangkan uang 5 ribu itu
palingan buat ongkos sekali jalan. Untuk pulsa? Pulsa 5 ribu juga harganya di
atas itu.
Kita lebih suka kayaknya untuk
mengeluarkan uang pada hal-hal yang nggak penting-penting amat. Tapi untuk
sumbangan pembangunan masjid, anak yatim, atau orang yang meminta-minta kita
begitu pelit.
Allah menyuruh kita agar nggak
boleh kita membentak orang yang minta-minta. "Sedangkan orang yang
meminta-minta, maka janganlah kamu bentak!" Itu bisa kita baca di surat
Ad-Dhuha. Jadi, kalau ada amplop, atau kotak amal di depan hidung kamu, kamu jangan pura-pura tidak tahu, pasang muka
cemberut lagi. Tak ada salahnya, ambillah uang yang ada di kantong atau di dompet. Apa ruginya sih menyumbang, walau hanya seribu
rupiah?
Yakinlah, bahwa rezeki kita
itu nggak akan hilang dengan berinfak. Ustad Yusuf Mansur dulunya nggak
terkenal. Tapi mungkin karena dia banyak berinfak, maka dia jadi terkenal (itu
konsekuensi logis saja kayaknya dari jalur dakwahnya). Usahanya maju,
buku-bukunya terbit, bahkan jadi pajangan bagian depan di toko buku. Saya ke
Gramedia, eh lihat wajahnya Yusuf Mansur, saya ke toko di pinggiran jalan, eh
ada Yusuf Mansur juga. Di toko-toko besar sampai kecil selalu ada bukunya Yusuf
Mansur. Mungkin, dia bisa seberkah itu, oleh karena ustad muda tersebut suka menyumbang. Makanya dalam tulisannya, dia
juga menganjurkan kita untuk selalu menyumbang. Pun demikian dengan Ippho Santosa dalam buku-buku rezeki-nya yang best
seller dimana-mana.
Sebagai muslim, jangan sampailah kita
menjadi orang seperti ini: Kalau datang sumbangan kita cemberut, masam, dan
bete banget. Tapi, giliran dapat rezeki aja, senyumannya lebar banget. Pernah
nggak kita berpikir kenapa ya kok rezeki itu yang datang ke saya? Tapi pas datang sumbangan kita malah mikirnya
macem-macem, buruk sangka dan malas menyumbang. []
No comments:
Post a Comment