ALKISAH. Kejadian ini
ditulis Frits Pachtner yang terjadi pada tahun 1859 di California, Amerika.
Beberapa pencari emas telah tiba di satu tebing yang diduga ada emas di
dalamnya. Tentunya emas itu tidak terletak di atas bumi, tetapi terbenam di
bawah tanah. Tidak seorang pun mengetahui berapa tebalnya tanah batu-batu itu. Segera
setelah para pencari emas memasang tenda mereka, mulailah mereka melakukan
penggalian. Mereka mengeruk tanah, membongkar batu-batu dan menggali terus ke
dalam tanah. Sementara itu sinar matahari semakin terik dan peluh pun mengalir
perlahan dari muka mereka.
Sudah
pada hari pertama menjelang maghrib, salah seorang penggali menggerutu. Sambil
melemparkan kampak dan seroknya dia berteriak lantang: “Aku tidak mau lagi.” Di
malam harinya ia meninggalkan kawan-kawannya untuk mengadu nasib di tempat
lain. Sehari kemudian, penggali kedua juga demikian. Disusul dengan yang ketiga,
keempat dan kelima.
Akan
tetapi, ada seorang penggali yang tidak terpengaruh dengan kawan-kawannya. Dia
terus menggali. Dia mengisahkan usahanya yang berhasil waktu itu
seperti ini: “Seolah-olah ada suara yang terus menerus membisikkan ‘galilah terus
yang lebih dalam’. Lalu saya kerjakan penggalian. Tidak lama setelah itu saya
menemukan sumber emas, yang berkilauan di bawah sinar matahari.... Apabila
kemudian ada salah seorang anak saya yang ingin mengentikan rencananya, dengan
alasan tidak dapat dicapai, maka saya selalu mengingatkannya pada kejadian ini.
Jangan lekas putus asa.”
Kata La Taisu asalnya dari Bahasa Arab, artinya Jangan Berputus Asa. Di dalam al-Qur'an
disebutkan, "Laa taiasuu min
rahmatillah." Artinya, "Janganlah berputus asa dari rahmat
Allah."
Dalam bedah buku De Winst, Afifah Afra, sang penulis
menyebutkan tentang karyanya yang ditolak oleh sebuah penerbit. Padahal, karya
itu adalah karyanya yang ke-30 sekian. Artinya, dengan sudah banyaknya buku
beliau, setidaknya kualitas karya sudah bisa diketahui. Tapi, kali ini
naskahnya Afra ditolak oleh penerbit.
Lantas, apa yang dilakukan Afra? "Saya membuat penerbit
sendiri!"
Afra Publishing, yang bisa
kita lihat buku-bukunya di toko, adalah penerbit baru yang dibuat oleh Afifah
Afra, salah satu alasannya, sebagaimana penuturan beliau pada bedah buku De Winst (Ahad, 01/03/09) di Islamic
Book Fair, adalah karena ia "kecewa" dengan naskahnya yang ditolak
itu. Tapi, anehnya, ketika De Winst diterbitkan oleh Afra Publishing (grup Indiva Media
Kreasi), malah buku itu menjadi best
seller. Apa yang salah di
sini?
Kita kembali ke beberapa tahun
lalu. Sebelum terkenal, Ayat-Ayat
Cinta-nya Kang Abik ternyata naskah tersebut juga awalnya pernah ditolak oleh
penerbit. Walau ditolak, sang penulis
tetap yakin, bahwa sesuatu yang baik tidak akan sia-sia. Menurut Ahmadun Yosi Herfanda, redaktur Republika, sebuah naskah ditolak oleh penerbit itu karena
banyak alasan. Bisa karena tidak sesuai dengan mood dari sang editor atau
penyeleksi naskah, atau bisa juga karena pandangan bahwa naskah itu tidak layak
jual, karena mau tidak mau dalam dunia penerbitan tetap memperhitungkan yang
namanya pasar.
Yang bisa kita pelajari dari
ditolaknya naskah Afifah Afra, juga Kang Abik, adalah sebuah kata, Jangan Berputus Asa. Biar naskah kita berkali-kali ditolak
oleh penerbit, itu bukan berarti bahwa naskah kita itu tidak layak terbit.
Dalam beberapa kasus, ada yang menerbitkan naskah bukunya sendiri, dan malah
dengan begitu jadi best seller.
Jadi, tantangan dari
menerbitkan karya jelas selalu ada. Bisa karena perasaan kita yang merasa
rendah. Kita merasa bahwa naskah kita ini tidak ada apa-apanya. Atau, kita
merasa bahwa kita ini kan orang kampung, kita merasa jatuh mental dari orang
yang sudah duluan tinggal di kota. Atau, kita merasa rendah diri karena memang
lingkungan membentuk kita seperti itu.
Jangan berputus asa rasanya begitu penting bagi
kita yang ingin melahirkan banyak karya. Kalau ada yang salah, terus perbaiki.
Kalau ada naskah yang sudah jadi, jangan dibuang, pelajari lagi apa yang kurang
dari naskah tersebut. Dengan begitu, naskah-naskah kita lama kelamaan akan
menjadi baik, dan suatu saat tidak menutup kemungkinan akan diburu oleh banyak
penerbit, atau bisa saja malah ketika diterbitkan oleh penerbit lain akan
menjadi best seller, dan bermanfaat
bagi banyak orang. []
No comments:
Post a Comment