PROSES belajar tak terbatasi sekat kampus ataupun umur.
Istilah yang paling tepat untuk ini adalah Long Life Education atau yang bisa diartikan sebagai “Pendidikan Seumur Hidup.” Dimanapun kita berada,
kita harus belajar! Tua muda tak ada urusan, belajar
tetap menjadi kebutuhan. Seseorang
berkata—dan ini relevan sekali, “Setiap orang adalah guru dan di saat yang sama
adalah murid.” Yang lain berkata, “Setiap tempat adalah sekolah.”
Tiap orang punya nilai lebih, maka
dari itu kita harus mengambil pelajaran dari mereka. Pun demikian di tiap
tempat, selalu ada pelajaran yang bisa kita petik dari situ. Sebagai contoh,
jika suatu saat jalan-jalan ke Afrika, janganlah kita lupa ke Mesir. Mari kita
belajar dari sejarah besar yang pernah terjadi di sana. Dulu, kota bersejarah
di sebelah utara Benua Afrika itu, sangatlah terkenal se-antero bumi karena
peradabannya yang besar. Peradaban Mesir kuno berada dalam waktu yang sama
dengan negara kota yang berada di Mesopotamia yang dikenal sebagai satu di
antara peradaban tertua di dunia dan dikenal dengan pengorganisasian negara dan
paling maju dalam tatanan sosial di jamannya.
Fakta bahwa mereka telah menemukan
tulisan/huruf pada millenium ke-3 Sebelum Masehi (SM) dan menggunakannya, bahwa
mereka juga memanfaatkan sungai Nil dan mereka terselamatkan dari berbagai
bahaya luar dalam kaitannya dengan setting alamiah negara tersebut,
nyata-nyata telah memberikan sumbangan yang besar terhadap bangsa Mesir dalam
peningkatan peradaban mereka.
Namun, masyarakat yang ‘beradab’ ini,
pada masa berlakunya ‘Pemerintahan Fir'aun (Pharaoh)’ menggunakan sistem kafir
yang disebutkan secara jelas dalam Al-Qur'an. Mereka bersifat congkak, angkuh,
bangga dengan dirinya sendiri, mengesampingkan dan mengutuk. Akhirnya baik
peradaban mereka yang maju, tatanan sosial politik bahkan dengan tentara yang
kuat sekalipun tidak bisa menyelamatkan ketika mereka dihancurkan.
Kata-kata Pharaoh (Fir'aun) disebutkan
dalam al-Qur'an yang digunakan dalam percakapannya dengan Musa, hal ini
membuktikan bahwa mereka percaya atas ketuhanan Pharaoh. Ia mencoba mengancam
Musa dengan mengatakan:
"Sungguh
jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu
salah seorang yang dipenjarakan." (QS. Asy-Syu'ara: 29)
Berkata Fir’aun kepada orang-orang di sekelilingnya, "Hai
Pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku." (QS.
Al-Qashash: 38) Ia mengatakan ini semua karena menganggap dirinya adalah
tuhan. Dalam pentas sejarah kita saksikan bahwa Fir’aun yang sombong itu pun
tewas ketika mengejar Musa dan Bani Israil. Mayatnya oleh Allah tidak
dihancurkan, akan tetapi masih tetap utuh hingga sekarang agar manusia-manusia
sesudah Fir’aun mengambil pelajaran.
Marilah, kita tidak berhenti untuk
belajar. Dimanapun
dan kapanpun, marilah belajar, belajar, dan belajar. Mari kita dengarkan sebuah kutipan bagus dari Abu
Asyfairi:
“Nilai hidup
yang tinggi terletak pada amal, juang, jasa, dan bakti. Bila berangkat ke alam
baka tanpa jasa dan mati tanpa bakti hidup ini tiada arti. Karena itu berilah
nilai hidup ini. Hiasi ia dengan jihad dan bakti. Anda akan hidup sepanjang
jaman. Sebab manusia dapat menikamti jasa yang anda tinggalkan.”
Kesuksesan tidak mengenal tua-muda.
Jika umur Anda muda tapi Anda berprestasi, sungguh itu luar biasa! Bahkan, Anda
masih bisa menjadi yang terbaik dari apa yang Anda peroleh hari ini, jika Anda
terus menjaga semangat berprestasi itu.
Usamah bin Zaid, misalnya, umurnya
masih 16 tahun waktu itu, tapi karena sudah matang emosi dan strategi perangnya
ia diamanahkan oleh Rasulullah menjadi pimpinan perang bersama para sahabat
senior melawan Romawi. Dan hasilnya ia pun berhasil keluar sebagai pemenang!
Peranan kaum muda juga bisa kita lihat dalam
kancah politik. Sutan Syahrir misalkan ia terpilih menjadi perdana menteri (PM)
dalam usia 36 tahun; KH. Wahid Hasyim, menjabat sebagai pimpinan teras Nahdlatul
Ulama (NU) dan diangkat menjadi menteri agama dalam usia 35 tahun; Bung Karno
menjadi orang nomor satu di Indonesia tatkala berumur 44 tahun; dan Mohammad
Natsir dari Masyumi menjadi perdana menteri (PM) pada usia 42 tahun.
Mereka-mereka secara usia masih muda,
akan tetapi kematangan politik dan intelektualnya tidak bisa diremehkan begitu
saja. Bung Karno menulis Indonesia Menggugat, Natsir menulis Capita
Selecta, Hatta menulis Indonesia Merdeka, Syahrir menulis Renungan
dalam Tahanan, dan masih banyak lagi deretan lainnya.
Dalam dunia Multi Level Marketing
(MLM), banyak juga anak muda yang umurnya belum juga 30 tahun, akan tetapi
sudah menjadi jutawan, bahkan milyarder! Di dunia seni peran, sering kita lihat
anak-anak SD yang sudah bermain film dan mendapatkan penghasilan yang lumayan
untuk anak seumur mereka. Bahkan mereka juga menulis buku yang diterbitkan dan
beredar di seluruh Indonesia.
Ada orang tua yang menyesal dalam
hidupnya. Mungkin karena di masa mudanya ia malas belajar atau nakal dan ketika
tiba suatu masa yang menjadikannya harus taubat, ia pun menyesali apa yang
pernah ia alami. Tiap orang pasti
punya masa lalu yang kelam, termasuk juga dalam proses belajar. Saat ini ia
telah melihat teman-teman se-angkatannya telah sukses, pintar berbahasa Arab,
Inggris, Jepang dan Jerman. Temannya yang dulu ia pernah bersama-sama satu
sekolah bahkan satu asrama/kost/pondokan, telah berhasil meraih masa depannya.
Ia pun terjebak dalam penyesalan yang tiada tara.
Dalam kondisi seperti ini, sebuah kata
sangat penting untuk mereka yang mengalaminya, “Tak ada kata terlambat dalam
belajar!” Selalu ada kesempatan untuk orang yang mau berubah! Imam Ali bin Ali
Thalib mengatakan, “Kesempatan datang bagai awan berlalu, maka pergunakanlah
selagi ia nampak di hadapanmu.”
Umar bin Khattab adalah pemuda Makkah
yang pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya sampai mati. Akan tetapi,
ketika cahaya hidayah menelusup ke dalam lubuk hatinya, ia pun tersentuh, dan
terpancarlah semangat yang menggebu-gebu untuk mempelajari dan mengamalkan
dinul Islam. Akhirnya, karena kegigihannya dalam belajar, bertaubat, beramal
dan berjihad, ia pun termasuk dalam 10 sahabat nabi yang dijamin masuk surga,
dan menjadi khalifah rasyidah kedua menggantikan Abu Bakar
as-Shiddiq.
Nah, jika kita pernah menyesal karena
tertinggal jauh dalam belajar, maka janganlah terlalu dirisaukan. Segeralah
bangkit dari keterpurukan itu. Jangan patah arang, jangan remehkan diri sendiri.
Mulailah belajar dari sekarang dengan sungguh-sungguh. []
No comments:
Post a Comment