BERBUAT baik itu wajib. Kita diperintahkan Allah untuk berbuat baik pada
diri kita, keluarga kita, teman kita, bahkan orang yang belum kita kenal
sekalipun. Berbuat baik adalah salah satu hukum alam semesta kehidupan. Siapa yang banyak berbuat baik niscaya kebaikan
itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Siapa yang banyak investasi, banyak
pula kesempatannya untuk punya teman.
Jika mau dapat teman yang banyak,
mulailah berbuat baik. Jangan menunggu aksi dari orang lain. Mulailah beraksi,
berbuat baik! Karena sungguh itulah sarana paling baik untuk keluar dari
masalah yang mendera kita. Berbuat baik mendatangkan kebahagiaan dan
ketenangan.
"Berusahalah
untuk selalu menjadi pihak pertama yang menunjukkan cinta dan perhatian Anda
kepada orang lain. Jangan menuntut perhatian dan cinta mereka untuk
diperlihatkan lebih dahulu. Itulah satu-satunya cara yang saya ketahui untuk ke
luar dari kegelapan hidup," demikian kata Eunice Chew (52 tahun), salah
satu finalis pemilihan ibu teladan se-Singapura.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda:
"Sesungguhnya
ahli kebajikan di dunia akan menjadi ahli kebajikan pula kelak di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang yang paling awal masuk surga adalah ahli
kebajikan."
Kebaikan yang kita tebarkan
selalu akan membuahkan keberuntungan. Lihatlah permisalan shadaqah yang
diumpamakan seperti benih yang menumbuhkan 7 tangkai, di tiap tangkainya ada
100 benih lagi, lihatlah! Begitulah Allah melipatgandakan kebaikan yang kita
perbuat. Itu baru satu hari sedekah,
jika tiap hari bersedekah, berbuat baik kepada teman, maka berapakah
kelipatannya?
Dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata:
“Seorang laki-laki menceritakan
kepadaku: ‘Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya
satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang
laki-laki yang masing-masing menjambak kepala kawannya.
Ia lalu bertanya, “Ada apa?”
Orang pun memberitahunya bahwa
keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham
kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.
Ia lalu mendatangi isterinya seraya
mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang istri lalu mengumpulkan perkakas rumah
tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi
barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki
yang membawa ikan yang menebar bau busuk.
Orang itu lalu berkata kepadanya, “Engkau
membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah
Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?”
Ia pun mengiyakan. Ikan itu pun
dibawanya pulang. Kepada istrinya ia berkata, “Dindaku, segeralah urus (masak)
ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!”
Maka sang istri segera mengurus ikan
tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar
dari perut ikan tersebut.
Dengan gembira, wanita itu berkata, “Suamiku,
dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir
sebesar telur burung dara.”
Suaminya berkata, “Perlihatkanlah
kepadaku!” Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang
hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada
istrinya, “Tahukah engkau berapa nilai mutiara ini?”
“Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang
yang pintar dalam hal ini,” jawab istrinya. Ia lalu mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke
tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang
mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya.
Selanjutnya ia berbicara kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur
burung dara. “Tahukah Anda, berapa nilai ini?” ia bertanya.
Kawannya memperhatikan barang
itu begitu lama, baru kemudian ia berkata:
“Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau,
uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda
menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu
harga lebih tinggi dariku.”
Maka ia pun pergi kepadanya.
Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian
berkata, “Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda
menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan
memberi harga lebih tinggi dariku.”
Segera ia bergegas menuju
kepadanya. Orang itu berkata, “Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya
kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikit pun dari harga itu!”
“Ya,” ia pun setuju. Lalu harta itu
ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada
masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk
disimpan.
Tiba-tiba di pintu rumahnya
ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, “Saya punya kisah, karena itu masuklah.” Orang itu pun masuk.
Ia berkata, “Ambillah separuh dari hartaku ini.” Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya.
Setelah agak menjauh, ia
kembali lagi seraya berkata:
“Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau
fakir, tetapi Allah Ta'ala telah
mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20
qirath. Dan ini yang diberikan-Nya kepadamu adalah baru satu qirath
daripada-Nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.”
Subhanallah, orang yang banyak
baiknya, banyak kawannya. Orang yang banyak baiknya juga akan banyak rezekinya.
Asal kita yakin, bahwa semua rezeki dari Allah dengan terus berbuat baik, insya
Allah rezeki akan datang juga. []
No comments:
Post a Comment