ADA orang tidak punya tangan tapi bisa mengetik
dengan kedua kakinya. Ada
orang bermasalah tangan dan kakinya tapi bisa melukis dengan mulutnya. Ada orang tidak melihat tapi bisa
menghafal ribuan kata-kata. Ada orang tidak bisa
mendengar tapi bisa menggubah syair-syair indah dan berkualitas tinggi.
Allah menciptakan kita dalam keadaan yang paling baik:
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.
At-Tin: 4)
Bagaimanapun kondisi diri kita—putih,
hitam, tinggi, pendek, berat, ringan, tinggal di desa, tinggal di kota, miskin,
kaya—itulah bentuk terbaik yang dikaruniakan sang pencipta kepada kita.
Bagaimanapun cobaan kehidupan yang menerpa kita bertubi-tubi, yakinlah itu yang
terbaik buat kita. Allah
hendak melihat seberapa kuat kita dalam menghadapi ujian ini.
Ada sebuah pertanyaan menarik:
Apakah kecerdasan itu ditentukan oleh keturunan ataukah lingkungan? Coba kita
lihat cerita singkat di bawah ini:
Musim
dingin tiba-tiba dihangatkan oleh berita penangkapan makhluk aneh. Prancis
tahun 1799. Telah beberapa kali penduduk Aveyron melihat sejenis anak manusia
berlari bersama rombongan serigala ke hutan belukar. Tubuhnya kotor, rambutnya
panjang, dan jalannya merangkak. Beberapa kali mereka mencoba menangkapnya dan
gagal. Persembunyiannya tidak diketahui. Sampai suatu saat, udara begitu
dingin, sehingga ’anak serigala’ itu keluar mencari kehangatan. Ia tentu saja
segera ditangkap. Ia meronta, mencakar, mengerang, dan menggigit. Segera juga
saat itu diketahui, ia bukan anak serigala. Ia
betul-betul anak manusia.
Berbagai teori bermunculan tenang ’anak liar dari
Aveyron’ ini. Kata pengikut Jean Jacques Rousseou, inlah contoh manusia yang hidup
telanjang bersama alam, bertubuh sehat, dan tidak terlibat dalam kejahatan
masyarakat. Kata para sosiolog, inilah bukti nyata, betapa rendahnya perilaku
manusia bila ia tidak hidup di tengah-tengah masyarakat. Kata tokoh-tokoh
agama, beginilah karunia Tuhan kepada hamba-Nya; rezeki tetap Ia berikan para
seorang hamba-Nya, walaupun ia dijauhkan dari orang tua yang menyayanginya.
Kata para dokter, inilah anak yang dibuang orang tuanya karena idiot. Menurut
Dr. Jean Marc Gaspard Itard, yang kemudian memeliharanya, Victor—nama anak itu
kemudian—kelihatan idiot, karena ia tidak dididik dalam lingkungan manusia.
Itard, seperti diceritakan Jalaluddin Rakhmat (1987)
dalam kata pengantar buku Man the Unknown (Misteri Manusia) karangan
Alexis Carrel, membesarkan Victor dengan penuh kasih sayang, memberinya makan
dengan piring dan sendok, mendidiknya untuk mandi dan berpakaian, dan
mengajarnya berbahas Prancis. Sangat disayangkan, Victor meninggal di usia
muda.
Pada tahun 1915, seorang dokter di John Hopkins Hospital
melihat bahwa 90 % bayi yang berada di panti-panti asuhan di Baltimore,
Maryland, meninggal dalam satu tahun. Pada tahun 1944, seorang psikolog menemukan bahwa 34 dari 91 anak panti
asuhan yang ditelitinya mati, bukan karena kekurangan makan atau pelayanan
kesehatan. Mereka karena tidak memperoleh lingkungan yang memberinya
kehangatan, dorongan dan kasih sayang.
Dalam penelitian lain tentang
kecerdasan manusia, diperolehlah satu kesimpulan: lingkungan lebih perkasa
daripada keturunan! JB. Watson, salah satu Psikolog Behaviorisme, menulis:
”Berikan
kepadaku selusin anak-anak sehat, tegap dan berikan dunia yang aku atur sendiri
untuk memelihara mereka. Aku jamin, aku sanggup mengambil seorang anak
sembarangan saja, dan mendidiknya untuk menjadi tipe spesialis yang aku
pilih—dokter, pengacara, semiman, saudagar, dan bahkan pengemis dan pencuri,
tanpa memperhatikan bakat, kecenderungan, tendensi, kemampuan, pekerjaan dan
ras orang tuanya.”
Jika kita perhatikan kasus
ini, maka kecerdasan manusia seharusnya menggabungkan antara keturunan yang
unggul dengan lingkungan yang kondusif. Kita tidak bisa pungkiri bahwa para Nabi yang diutus Allah kepada kita adalah dari keturunan yang unggul. Akan
tetapi, faktor keturunan saja tidaklah menentukan seseorang akan menjadi
cerdas, haruslah ada media sosialisasi yang baik untuk pembentukan
kepribadiannya.
Kelebihan dan kekurangan kita
itu pasti. Tapi, hanya merutuki takdir bahwa kita berasal dari keturunan yang
kurang pintar itu juga sebuah masalah. Begitu juga jika hanya mengandalkan
faktor lingkungan yang akan membantu kecerdasan kita. Kita
harus bangkitkan core competence dalam diri! Kita harus sadarkan diri
sejak sekarang bahwa kita punya potensi yang sangat besar kemudian berupa
sekuat tenaga berproses di lingkungan yang kondusif untuk membantu up
grading diri agar lebih cerdas.
Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang
yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh
jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11) []
No comments:
Post a Comment